BAB I
PENDAHULUAN
Sebagaimana
telah kita ketahui,bahwa ajaran islam memiliki sebuah kitab suci yakni Al-Qur’an
yang merupakan Kalamullah diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat jibril sebagai
mu’jizat,dimana Al-Qur’an tersebut adalah mu’jizat terbesar diantara mu’jizat
yang sudah diterima oleh nabi, Hal demikan bisa dikatakan mu’jizat terbesar
karena Al-Qur’an merupakan sumber ilmu bagi kaum-kaum yang mempelajari dan
mengamalkannya dengan didasari oleh hukum yang mampu melingkupi keseluruhan.
(Ini
adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan
hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat ayat yang
jelas, agar kamu selalu mengingatinya. (An-Nur: 01)
Dengan Mempelajari isi Al-Qur’an
akan menambah dan menemukan paradigma baru sehingga dapat memperluas pandangan
dan pengetahuan.
Seiring luasnya
sudut pandang dan ilmu pengetahuan yang ada,secara tidak menutup
kemungkinan muncullah inovasi-inovasi dan sesuatu hal baru.
Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri. (An-Nahl: 89)
Sesungguhnya pada
kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Yusuf: 111)
Selanjutnya,salah satu kedahsyatan Al-Qur’an selain
dibidang ilmu sains yaitu memberikan Petunjuk eksistensi ketuhanan bahwa segala
sesuatu pasti ada penciptanya,dan siapa
sang pencipta?itulah Allah tuhan semesta alam.
Dan sesungguhnya Al
Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. (Asy-Syu’araa’: 192)
Allah
telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa
(mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang [1312], gemetar
karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi
tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah,
dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa
yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.
|
[1312]. Maksud berulang-ulang di sini ialah
hukum-hukum, pelajaran dan kisah-kisah itu diulang-ulang menyebutnya dalam Al
Quran supaya lebih kuat pengaruhnya dan lebih meresap. Sebahagian ahli Tafsir
mengatakan bahwa maksudnya itu ialah bahwa ayat-ayat Al Quran itu
diulang-ulang membacanya seperti tersebut dalam mukaddimah surat Al Faatihah
|
Untuk bahasa yang digunakan dalam
Al-Qur’an adalah bahasa arab.
dengan bahasa Arab yang
jelas. (Asy-Syu‘araa’: 195)
Sesungguhnya Kami
menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
(Yusuf: 02)
sehingga tidak menutup kemungkinan kembali banyaknya
persepsi bahwa setiap orang yang bisa bahasa arab itu dapat mengerti isi Al-Qur’an,
Apalagi Ada yang hanya mengandalkan hafalan dan terjemahnya sudah merasa bisa
memahami dan menafsirkan Al-Qur’an. Padahal orang arab sendiri banyak yang
tidak mengerti kandungan Al-Qur’an. Begitu sulitkah mempelajari isi
Al-Qur’an?janganlah berkata sulit terlebih dahulu,karena sebenarnya semua itu
pasti ada ilmunya,jadi untuk mempelajari isi dan kandungan dengan sempurna dari
Al-Qur’an dibutuhkanlah sejumlah ilmu pengetahuan yang namanya sedang trend
saat ini di kalangan mahasiswa maupun masyarakat luas yaitu “Ulumul Qur’an”.itulah
sebabnya makalah kali ini dibuat agar
mengenal lebih jauh tentang ulumul qur’an disamping itu peran ulumul qur’an
yang sangat penting untuk mempelajari isi kandungan al-qur’an (sda)seperti
sudah diterangkan diatas.
Setelah mengetahui dari latar belakang sedemikian
rupa,maka muncullah suatu rumusan masalah yang dimana berfungsi untuk
menindaklanjuti suatu latar belakang masalah tersebut.
Perumusan masalah pada makalah iniadalah :
1. Apa
pengertian Ulumul Qur’an ?
2. Apa yang
termasuk ruang lingkup Ulumul Qur’an ?
3. Bagaimana
sejarah dan perkembangan Ulumul Qur’an ?
4. Apa urgensi
dari mempelajari Ulumul Qur’an ?
Sesuatu yang tidak kalah penting dalam penulisan
makalah adalah tujuan masalah.itu disebabkan,
karenatujuan masalah digunakan untuk meninjau isi dan mengetahui visi dari pembuatan makalah
tersebut, sehingga tujuan masalah kali ini juga dicantumkan sebagai
berikut :
1. Untuk
mengetahui Pengertian Ulumul Qur’an
2. Untuk mengetahui
sesuatu yang termasuk ruang lingkup Ulumul Qur’an
3. Untuk
mengetahui sejarah dan perkembangan dari Ulumul Qur’an
4. Untuk
mengetahui urgensi mempelajari Ulumul Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Ulumul Qur’an menurut lughot(Arabic)
atau etimologi, berasal dari lafadz ‘Arobiy yang terdiri dari ‘Ulum dan Al-Qur’an. Ditinjau keshorofannya
bahwalafadz ulum adalah suatu bentuk jamak dari lafadz ‘Ilmun (Bentuk mashdar
‘Alima) yang artinya ilmu-ilmu. sedangkan dalam tarkib nahwunya lafadz ulum tersebut di-idhofahkan pada
lafadz Al-Qur’an sehingga memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan
sejumlah pengetahuan yang berhubungan dengan al-qur’an,baik dari segi
keberadaannya sebagai Al-qur’an maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di
dalamnya.
Untuk lebih memahami pengertian ilmu
secara jelas,mari kita simak pendapat-pendapat di bawah ini :[1]
è Menurut para
ahli filsafat,kata ilmu sebagai gambaran sesuatu yang terdapat dalam akal.
è Menurut Abu
Musa Al-Asy’ari,ilmu ialah sifat yang mewajibkan pemiliknya mampu membedakan
dengan panca inderanya.
è Menurut Imam
Ghozali,secara umum arti ilmu dalam istilah syara’ adalah ma’rifat allah
terhadap tanda-tanda kekuasaan,perbuatan,hamba-hambanya dan makhluknya.
è Menurut
Muhammad Abdul ‘Azim, ilmu menurut istilah adalah ma’lumat-ma’lumat yang
dirumuskan dalam satu kesatuan judul atau tujuan.
Dari beberapa pengertian di
atas,dapat disimpulkan bahwa kata “Ulum/Ilmu” adalah masalah-masalah yang telah
dirumuskan dalam satu disiplin pengetahuan yang terdapat dalam akal pikiran.[2]
Selanjutnya menerangkan arti lafadz
Al-Qur’an dimana menurut bahasa merupakan bentuk mashdar yang maknanya sama
dengan lafadz “qira’ah” yaitu bacaan. Bentuk mashdar ini berasal dari fi’il
madli “qoro’a” yang artinya membaca.hal ini berdasarkan firman allah :
Apabila
Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (Al-Qiyamah:18)
Menurut istilah, “Alqur’an” adalah firman allah yang
bersifat mu’jizat dan diturunkan kepada
Nabi Muhammad,yang tertulis dalam mushaf-mushaf,dinukil dalam jalan mutawatir
dan yang membacanya merupakan ibadah.
yaitu diturunkan dari
Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (Toha:04)
Kitab (Al Quran ini)
diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Az-Zumar:01)
Sesungguhnya Kami telah
menurunkan Al Quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.
(Al-Insan:23)
Untuk lebih memahami pengertian Al-qur’an
secara jelas,mari kita simak pendapat-pendapat di bawah ini :
è Menurut
Al-Zujaj,Qur’an adalah kata sifat dari al-Qar’u yang bermakna
al-jam’u(kumpulan),selanjutnya kata ini digunakan sebagai salah satu nama bagi
kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,karena al-Qur’an terdiri
dari sekumpulan surah dan ayat,memuat kisah-kisah,perintah dan larangan,dan
mengumpulkan intisari dari kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya.[3]
è Menurut
Al-Jurjani,Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan kepada rasululloh yang
ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir (berangsur-angsur).[4]
è Menurut kalangan pakar ushul fiqih,fiqih,dan
bahasa arab,Al-Qur’an adalah kalam allah yang diturunkan kepada
nabi-Nya,lafadz-lafadznya mengandung mu’jizat,membacanya bernilai
ibadah,diturunkan secara mutawatir dan ditulis dari surat Al-Fatihah sampai
akhir surat yaitu An-Nas.[5]
Dari beberapa pengertian diatas,
dapat disimpulkan bahwa kata “Al-Qur’an” adalah firman allah yang bersifat
mu’jizat yang diturunkan kepada nabi muhammad saw dengan perantara malaikat
jibril yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang dinukil kepada kita secara
mutawatir, membacanya bernilai ibadah, yang diawali dengan surat al-fatihah dan
diakhiri dengan surat an-nas.[6]
Ilmu al-Qur’an atau ‘Ulumul Qur’an
adalah pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-Qur’an. Sebagian
pokok-pokok pembahasan ilmu al-Qur’an dapat ditinjau dari segi turunnya
ayat,urut-urutan ayat,pengumpulan ayat, penulisan ayat, pembacaan ayat tafsir
ayat, i’jaz, nasikh dan mansukh, atau bantahan terhadap hal yang menyebabkan
keraguan terhadap al-Qur’an.[7]
Secara ishtilahy atau terminologi
terdapat berbagai pendapat para ulama’ terhadap definisi ulumul Qur’an, antara
lain :
è Menurut
Manna’ al-Qathan mengatakan bahwa ulumul Qur’an adalah ilmu yang membahas
tentang keadaan al-qur’an dari segi turunnya,pengumpulan al-Qur’an dan
urut-urutannya,pengetahuan tentang ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah, hal-hal
lain yang ada hubungannya dengan al-Qur’an.[8]
è Assuyuthi dalam
kitab itmamu al-Dirayah mengatakan :
علم يبحث فيه
عن احوال الكتاب العزيز من جهة نزوله وسنده وادابهوالفاظه ومعانيه المتعلقة
بالاحكام وغير ذالكّ.
Ilmu yang
membahas tentang keadaan Al-Qur’an dari segi turunya, sanadnya, adabnya
makna-maknanya, baik yang berhubungan lafadz-lafadznya maupun yang berhubungan
dengan hukum-hukumnya, dan sebagainya.
è Az-Zarqani
dalam kitab Manahilul Itfan Fi Ulumil Qur’an mengatakan bahwa :
مباحث تتعلّق
بالقران الكريم من ناحية نزوله وترتيبه وجمعه وكابته وقراءته وتفسيره واعجازه
وناسخه ومنسوخه ودفع الشّبه عنه ونحو ذالك.
beberapa pembahasan yang berhubungan
dengan al-qur’an dari
turunnya,urutannya,pengumpulannya,penulisannya,bacaannya,penafsirannya,kemu’jizatannya
,nasikh mansukhnya,penolakan yang menimbulkan keraguan terhadapnya.[9]
Menurut pendapat-pendapat di atas
pada dasarnya sama yaitu menunjukkan bahwa Ulumul Qur’an adalah kumpulan
sejumlah pembahasan yang pada mulanya merupakan ilmu-ilmu yang berdiri sendiri,
Ilmu-ilmu ini tidak keluar dari ilmu agama dan bahasa masing-masing menampilkan
sejumlah aspek pembahasan yang dianggap penting, adapun objek pembahasannya
adalah Al-Qur’an.
Penjelasan diatas juga menunjukkan
adanya dua unsur penting dalam definisi Ulumul Qur’an. Pertama,bahwa ilmu ini
merupakan kumpulan sejumlah pembahasan. Kedua,pembahasan-pembahasan ini
mempunyai hubungan dengan Al-qur’an,baik dari aspek keberadaannya sebagai
Al-qur’an maupun aspek pemahaman kandungannya sebagai pedoman dan petunjuk
hidup bagi manusia.[10]
Dapat disimpulkan bahwa Ulumul
Qur’an adalah kumpulan sejumlah pembahasan yang berhubungan dengan Sebagian
maupun keseluruhan bidang mengenai
Al-Qur’an.
2.2 Ruang Lingkup
Ulumul Qur’an mempunyai ruang lingkup pembahasan yang
sangat luas yang meliputi semua ilmu al-Qu’an. Seprti ilmu tafsir,ilmu bahasa arab,ilmu balaghah dan ilmu
I’rabil qur’an.
Dalam
kitab Al- Itqan, As-syuyuthi menguraikan sebanyak 80 cabang ilmu. Dari
tiap-tiap cabang terdapat beberapa macam cabang ilmu lagi. Kemudian dia
mengutip Abu Bakar Ibnu al_Araby yang mengatakan bahwa ulumul qur’an terdiri
dari 77450 ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam
al-qur’an dengan dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam al-Qur’an mengandung
makna dzohir, batin, terbatas, dan tidak terbatas. Perhitungan ini masih
dilihat dari sudut mufrodatnya. Adapun jika dilihat dari sudut hubungan
kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya menjadi tidak terhitung.[11]
Firman Allah :
قُل لَّوْ
كَانَ الْبَحْرُ مِدَاداً لِّكَلِمَـتِ رَبِّى لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن
تَنفَدَ كَلِمَـتُ رَبِّى وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَداً
Katakanlah:
Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh
habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun
Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).(Q.S. Al-Kahfi 109)
Secara garis besar, Ulumul Qur’an
terbagi menjadi 2 pokok bahasan, yaitu :[12]
- Ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata-mata, seperti ilmu yang membahas tentang macam-macam bacaan, tempat turun ayat-ayat Al-Qur’an, waktu-waktu turunnya dan sebab-sebabnya.
- Ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yaitu ilmu yang diperoleh dengan jalan penelaahan secara mendalam, seperti memahami lafadz yang ghorib (asing) serta mengetahui makna ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum.
è Menurut Dr.
M. Quraish Shihab, materi-materi cakupan[13]
‘Ulum al-Qur’an dapat dibagi
dalam 4 (empat) komponen : (1) Pengenalan Terhadap Al-Qur’an, (2) Kaidah-kaidah
tafsir, (3) Metode-metode tafsir, (4) Kitab-Kitab tafsir dan para mufassir.
1.
Pengenalan
terhadap al-Qur’an mencakup : (a) Sejarah al-Qur’an, (b) Rasm al-Qur’an,
(c) I’jaz al-Qur’an, (d) Munasabah al-Qur’an, (e) qushah al-Qur’an, (f) jadal
al-Qur’an, (g) aqsam al-Qur’an, (h) amtsal al-Qur’an,(i) nasikh dan mansukh,
(j) muhkam dan mutasyabih, (k) al-qiraat, dan sebagainya.
2.
Kaidah-kaidah tafsir mencakup :
(a) ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam menafsirkan
al-Qur’an, (b) sistematika yang hendaknya ditempuh dalam menguraikan
penafsiran, dan (c) patokan-patokan khusus yang membantu pemahaman ayat-ayat
al-Qur’an,baik dari ilmu-ilmu bantu, seperti bahasa dan ushul fiqhi, maupun
yang ditarik langsung dari penggunaan al-Qur,an. Sebagai contoh, dapat
dikemukakan kaidah-kaidah berikut : (a) kaidah ism dan fi’il, (b) kaidah
ta’rif dan tankir, (c) kaidah istifham dan macam-macamnya,
(d) ma’aniy al-huruf seperti : asa; la’alla, in, iza; dan
lain-lain, (e) kaidah su’al dan jawab, (f) kaidah pengulangan,
(g) kaidah perintah sesudah larangan, (h) kaidah penyebutan nama dalam kishah,
(j) kaidah penggunaan kata dan uslub al-Qur’an, dan lain-lain.
3.
metode-metode tafsir mencakup
metode-metode tafsir yang dikemukakan oleh ulama mutaqaddim dengan
ketiga coraknya : al-ra’yu, al-ma’tsur, al-isyariy, disertai penjelasan
tentang syarat-syarat diterimanya suatu penafsiran serta metode
pengembangannya, dan juga mencakup juga metode mutaakhir dengan keempat
macamnya : tahliliy, ijmaliy, muqarran, maudhu’iy.
4.
kitab tafsir dan para mufassir
mencakup pembahasan tentang kitab-kitab tafsir baik yang lama maupun yang baru,
yang berbahasa arab, inggris, atau indonesia, dengan mempelajari biografi,
latar belakang dan kecenderungan pengarangnya, metode dan prinsip-prinsip yang
digunakan, serta keistimewaan dan kelemahannya.
è As-Shiddiqie
sebagaimana yang dikutip oleh Ramli Abdul Wahid mengatakan bahwa segala macam pembahasan
‘Ulumul Qur’an kembali kepada beberapa pokok persoalan sebagai berikut:[14]
1.
Persoalan Nuzul, ayat-ayat Makiyah
atau Madaniyah, sebab turun ayat, yang mula-mula turun dan yang terakhir turun,
yang berulang-ulang turun, yang turun terpisah pisah, dan yang turun sekaligus
2.
Persoalan sanad, meliputi hal-hal
yang berhubungan dengan sanad yang muthawatir, yang ahad, yang Syaz,
bentuk-bentuk Qirat, para periwayat dan penghafal Al-Qur’an dan cara tahammul (
penerimaan riwayatnya)
3.
Persoalan adad Qiraat, masalah waqaf
(berhenti), ibtida’ (cara memulai), imalah( cara memanjangkan) takhfif Hazah
(cara meringankan Hamzah), idgham (memasukkan bunyi huruf nun mati ke dalam
huruf sesudahnya)
4.
Persoalan yang menyangkut lafal
Al-Qur’an yaitu Gharib (pelik), Mu’rab (menerima perubahan akhir kata), majaz
(metafora), musytarak, muradif (sinonim), isti’arah (metaphor), tasybih
(penyerupaan).
5.
Persoalan makna al-Qur’an yang
berhubungan dengan hukum yaitu ayat yang bermakna umum yang dikhususkan oleh
sunnah, yang nash, yang zhahir, yang mujmal (global), yang munfashal (yang
terinci), yang manthuq (makna yang berdasarkan pengutaraan), nasikh mansukh,
mutlaq (tidak terbatas) dan muqayyad (terbatas) dan lain sebagainya
6.
Persoalan makna Al-Qur’an yang
berhubungan dengan lafal fashl (pisah), washal (berhubungan), ijaz ( singkat),
ithnab ( panjang) musawah (sama) dan Qashr (pendek).
2.3 Sejarah Pertumbuhan & Perkembangan
Mengetahui
sekilas sejarah Al-Qur’an sendiri sebelum masuk pembahasan sejarah ulumul
qur’an, adapun referensi singkatmengenai sejarah al-Qur’an :
Ø Ayat
Pertama yang Diturunkan
Para
ulama ahli tafsir berbeda pendapat dalam menentukan ayat pertama yang
diturunkan. Dalam hal ini, ada empat pendapat yang berbeda, yaitu :
Pertama,
bahwa ayat pertama yang diturunkan adalah iqro’ bismi Robbika (QS
Al-‘Alaq [96]: 1-5). Pendapat tersebut dianggap paling sahih, sebagaimana
dijelaskan dalam kitab Shahih al-Bukhori dan
Shahih Muslim serta kitab-kitab
hadits lainnya. Diriwayatkan dari Sayyidah ‘Aisyah, beliau berkata : “Wahyu pertama yang sampai pada Rosululloh
Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam adalah mimpi yang benar (al-ru’ya al-shalihah) di
dalam tidur. Beliau tidak pernah bermimpi kecuali tampak terang seperti falaq
(cahaya subuh) di pagi hari. Setelah itu, beliau senang menyepi di Gua Hiro’.
Di situlah beliau banyak beribadah selama beberapa malam (ber-tahannuts) sebelum pulang ke rumah untuk mengambil
bekal dan melanjutkan ibadahnya. Kemudian apabila bekalnya habis, beliau pulang
kepada Sayyidah Khodijah,istrinya, untuk keperluan yang sama (mengambil bekal lagi seperti biasanya)
sampai datang kepadanya kebenaran (al-haqq) ketika beliau berada di Gua Hiro’.
Lalu, datanglah Malaikat (Jibril) seraya berkata ‘Iqro’ (bacalah). Aku
(Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi iqro’ bismi Robbika (QS Al-‘Alaq [96]: 1-5)wa
Sallam) menjawab, “Aku tidak bisa membaca”. Lalu dia (Jibril) memegang dan
merangkulku sampai aku merasa kepayahan, kemudian dia melepaskan dan berkata
lagi, ‘Bacalah’. Aku menjawab, ‘aku tidak bisa membaca’. Lalu, dia kembali
memegang dan merangkulku yang kedua kalinya sampai aku kepayahan, kemudian dia
melepaskanku dan berkata lagi, ‘Bacalah’. Aku menjawab, ‘aku tidak bisa
membaca’. Dia pun kembali memegang dan merangkulku yang ketiga kalinya sampai
aku merasa kepayahan, kemudian dia melepaskanku dan berkata lagi, ‘Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakanmu. Dia (Alloh Subhanahu wa
Ta’ala) telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah’ (QS Al-‘Alaq [96]:1-3). Pada sebagian riwayat disebutkan
sampai ayat kelima, ‘Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS Al-‘Alaq [96]:5). (Sampai
akhir hadis yang cukup panjang).” (HR. Imam Al-Bukhori dan Imam Muslim)
Kedua,
Ayat pertama yang diturunkan adalah iqro’
bismi Robbika (QS Al-‘Alaq [96]:
1-5) (QS Muddatstsir [74]:1). Sebagaimana yang pertama, pendapat tersebut juga
didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori dan Imam Muslim.
Dari Abu Salamah ibn ‘Abdurrohman bahwa dia berkata, “aku bertanya pada Jabir
ibn ‘Abdulloh, ‘ayat apakah yang pertama diturunkan?’ dia (Jabir) menjawab, Yaa ayyuhal muddatstsir (QS
Al-Muddatstsir [74]: 1). ‘Lalu, aku kembali bertanya ‘bukankah ayat iqro’ bismi Robbika (QS Al-‘Alaq [96]: 1-5)?’ dia menjawab, ‘aku memberitahukanmu
apa yang pernah diberitahukanRosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam kepada
kami. Beliau bersabda, ‘Aku pernah
beri’tikaf di Gua Hiro’. Sewaktu i’tikafku selesai, aku turun lembah. Di sana
aku mendengar suara memanggil. Kemudian, aku melihat ke depan, belakang,
kanan,dan kiri sampai akhirnya aku menengok ke atas langit. Tiba-tiba, (aku
melihat) ada malaikat Jibril. Aku pun merasa gemetar. Lalu, aku mendatangi
Khodijah. Aku memerintahkan mereka (keluargaku) untuk menyelimutiku. Mereka pun
menyelimutiku. Kemudian Alloh Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat Yaa ayyuhal
muddatstsir. Qum fa andzir’’’ (HR. Imam Al-Bukhori dan Imam Muslim).
Ketiga,
bahwa ayat pertama yang diturunkan adalah surah al-Fatihah. Pendapat
tersebut dikuatkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqy. Namun, para
ulama menilai bahwa hadits tersebut tidak bisa dijadikan sebagai argumentasi
(hujjah). Sebab, disamping statusnya mursal,hadits itu hanya memberitakan
turunnya surat al-Fatihah setelah turunnya ayat iqro’ bismi Robbika.
Keempat,
ayat pertama yang diturunkan adalah Bismillahirrohmanirrohim.
Menurut Imam Al-Suyuthi, penulis kitab Al-itqon
fii ulum Al-qur’an,pendapat yang
terakhir ini tidak bisa dijadikan sebagai argumentasi sebab biasanya basmalah memang turun mengawali setiap
surah dalam Al-qur’an.
Disamping keempat pendapat di atas,
masih banyak pendapat lain yang berkaitan dengan ayat pertama yang diturunkan.
Namun apabila ditinjau dari perspektif sanad, riwayatnya tidak shohih.
Sekalipun shohih, redaksi awwalu ma
nazala (ayat pertama yang diturunkan) dalam hadits tersebut dipahami
menyimpan dhomir “min” sehingga
menunjukkan arti, “diantara ayat yang pertama diturunkan”.
Ø Spesifikasi
ayat pertama yang diturunkan (awa’il
makhsushah)
Ayat-ayat
pertama yang diturunkan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Ayat pertama
yang diturunkan di makkah adalah iqra’bismi
Robbika , sedangkan dimadinah adalah surah Al-baqoroh , atau menurut
pendapat lainnya, surat Al-muthaffifin. Sebaliknya, ayat terakhir yang di
turunkan di makkah adalah surah Al-mu’minun, sedangkan yang terakhir di madinah
adalah surah Al-bar’ah ( Al-taubah)
2. Ayat
pertama yang diturunkan berkenaan dengan peperangan ( al-qital) adalah firman Alloh
Subhanahu wa Ta’ala :“Telah diizinkan
(berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka telah
dianiaya (QS Al-Hajj [22]:39 ).
3. Ayat
pertama yang diturunkan berkaitan dengan minuman keras (khamar) adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala: “mereka bertanya
kepada mu mengenai khamar dan perjudian. (QS Al-baqarah [2]:219).
4. Surat
pertama yang diturunkan berkaitan dengan sujud tilawah (atau ayat sajdah)
adalah surah An-Najm. (HR Imam Al-Bukhori)
5. Ayat
pertama yang diturunkan di makkah berkenaan dengan makanan adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala: “katakan lah, aku
tidak menemukan makanan yang di haramkan yang di wahyukan kepada ku” (QS
Al-an’am [6]: 145), sedangkan yang pertama diturunkan di madinah berkenaan
dengan makanan adalah ayat, sesungguhnya
yang diharamkan atasmu adalah bangkai (QS Al-baqoroh [1]:173).
Ø Ayat
terakhir yang diturunkan
Sebagaimana
ayat pertama yang diturunkan, pembahasan mengenai ayat terakhir yang diturunkan
juga diwarnai dengan perbedaan pendapat dikalangan ulama’ ahli tafsir. Secara
umum, perbedaan tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat:
1.
Ayat terakhir
yang diturunkan adalah firman Alloh
Subhanahu wa Ta’ala: “mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah:
seorang yang mati tidak meninggalkan ayah dan anak) , katakanlah, Alloh yang akan memberimu fatwa...” (QS an-nisa’ [4]:
176). Pendapat ini didasarkan para hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Al-bukhori dan Imam Muslim .
2.
Dalam hadits
yang diriwayatkan dalam Imam Al-bukhori dijelaskan bahwa ibn abbas berkata : “ayat terkhir yang diturunkan adalah yang
berhubungan dengan riba(ayat Al-riba).” (HR Al-bukhori). Maksudnya adalah
firma Alloh Subhanahu wa Ta’ala: “ wahai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Alloh dan tinggalkan lah sisa
riba ( yang belum terpungut) jika kamu orang-orang yang beriman”. (QS
Al-baqoroh [2]:278).
3.
Dalam riwayat
lain, Ibn Abbas mengatakan bahwa ayat terakhir yang diturunkan adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala: “ dan peliharalah
dirimu dari (azab yang terjadi pada ) hari yang pada waktu itu kamu semua
dikembalika kepada Alloh (QS Al-baqoroh [2]: 281 ) .
4.
Sa’id Ibn
Al-musayyib berpendapat bahwa ayat terakhir yang diturunkan yang diturunkan
adalah ayat tentang utang piutang ( ayat
Al-dain ). Namun, menurut Imam Al-Suyuthi, status hadits tersebut mursal,
sekalipun dengan sanad yang shohih.
Disamping
empat pendapat di atas, Imam Al-Suyuthi , dalam kitab Al-Itqan fii Al-Qur’an, juga
meriwayatkan beberapa pendapat lain dari para ulama para ahli tafsir yang
disrtai pandangan nya tentang ayat atau surat terakhir yang diturunkan.
Diantaranya pendapat yang menyatakan bahwa ayat terakhir yang diturunkan adalah
surat Al-Nasht ( idza ja’a nasrullahi
wal-fath). Selain itu, ada juga yang mengemukakan bahwa ayat terakhir yang
diturunkan adalah surat Al-Ma’idah, sementara yang lain berpendapat bahwa surat
Al-fath dan atau surat Al-bara’ah. Bahkan , sebagian lagi menegaskan bahwa yang
terakhir menegaskan bahwa yang terakhir bukanlah surat, melainkan ayat, laqad ja’akum rasulum min anfusikum(QS
Al-Taubah [9]: 128). Menurut Imam Al-Baihaqi, semua pendapat ulama tersebut,
apabila memang benar, dapat dikompromikan dengan menyimpilkan bahwa
masing-masing mereka mengemukakannya sesuai dengan alasan dan argumentasi
masing-masing. Menanggapi hal tersebut, Al-Qadhi Abu Bakar dalam Al-Intishar menyatakan
bahwa pendapat-pendapat itu tidak memiliki satu dasarpun yang sampai kepada
nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam. Sebaliknya, tampaknya mereka
mendasarkan pendapatnya pada ijtihad dan praduga mereka saja. Oleh karena itu,
lanjut Abu bakar, bisa jadi salah seorang dari mereka hanya memberitahukan apa
yang terakhir mereka dengar dari nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam,
baik itu pada hari ketika beliau wafat ataupun sebelum beliau sakit, sementara
yang lain memberitahukan apa yang mereka dengar setelah kejaidan itu.
Selanjutnya,
Menerangkan Sejarah pertumbuhan dan perkembangannya:
Masa Rasul SAW dan para sahabat,
ulumul Qur’an belum dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan
tertulis. Para sahabat adalah orang-orang Arab asli yang dapat merasakan
struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada Rasul,
dan bila menemukan kesulitan dalam memahami ayat-ayat tertentu, mereka dapat
menanyakan langsung kepada Rasul SAW.[15]
‘Ulumul Qur’an itu sendiri bermula dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tetapi saat itu Rasulullah tidak
mengizinkan mereka menuliskan sesuatu dari dia selain Qur’an, karena ia
khawatir Qur’an akan tercampur dengan yang lain. “ Muslim meriwayatkan dari Abu
Sa’id al-khudri, bahwa Rasulullah berkata :
لاتكتبواعني
ومن كتب عني غير القرآن فليمحه وحدثواعني ولاحرج ومن كذب علي متعمدا فليتبوأمقعده
من النار
“Janganlah kamu tulis dari aku; barang siapa yang
menuliskan dari aku selain Qur’an, hendaklah dihapus. Dan ceritakan apa. yang
dariku; dan itu tiada halangan baginya. Dan barang siapayang sengaja berdusta
atas namaku, ia akan menempati tempatnyadi api neraka.”
Sekalipun sesudah itu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam baru mengizinkan kepada sebagian sahabat untuk
menulis hadist, tetapi hal yang berhubungan dengan Qur’an, para sahabat menulis
tetap didasarkan pada riwayat yang melalui petunjuk di zaman Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dimasa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar radhiallahu
‘anhuma.[16]
Selanjutnya datang masa kekhalifahan Usman bin Affan,
keadaan menghendaki untuk menyatukan umat Islam dalam satu mushaf. Mushaf yang
ditulis pada masa ini kemudian dijadikan sebagai mushaf induk dan dikenal
dengan al-Mushaf al-Usmaniy. Dengan adanya ini semua, maka Usman bin
Affan dapat dikatakan sebagai orang pertama yang telah meletakkan dasar ilm
rasm al-Qur’an; suatu cabang ilmu al-Qur’an yang membahas al-Qur’an dari
segi bentuk tulisannya.[17]
Dalam perkembangan berikutnya, atas usul Hudzaifah bin
Yaman mushaf Usmani kemudian dikirim ke daerah-daerah untuk mengatasi adanya
perselisihan bacaan al-Qur’an di antara umat Islam. Perbedaan bacaan al-Qur’an
seperti ini, terlepas dari potensi konflik yang dimunculkannya, ia dapat
dikatakan sebagai embrio lahirnya ‘ilm qira’at al-Qur’an; suatu cabang
ilmu al-Qur’an yang membahas aliran-aliran dalam melafalkan al-Qur’an.[18]
Di samping itu, untuk memelihara kelurusan bahasa
al-Qur’an, Ali bin Abi Talib menginstruksikan kepada Abu Aswad ad-Du’ali (w. 69
H/688 M) untuk menyusun tata bahasa Arab sesuai dengan naskah al-Qur’an. Dengan
instruksi ini, Ali bin Abi talib sebenarnya telah mendorong lahirnya ‘ilm
i’rab al-Qur’an; suatu cabang ilmu al-Qur’an yang mengkaji al-Qur’an dari
segi tata bahasanya.[19]
Demikianlah perkembangan beberapa cabang ulum
al-Qur’an pada masa-masa awal dan terus berlanjut pada masa-masa berikutnya.
Pada abad ke-3 H, Ali bin al-Madani menulis kitab tentang asbab an-nuzul
dan Abu Ubaid al-Qasim bin Salam menulis tentang nasikh dan mansukh. Kemudian,
pada abad ke-4 H, Abu Bakar Qasim al-Anbari (w. 320 H) menulis kitab Ajaib
al-Qur’an dan Abu Hasan al-Asy’ari menulis kitab Al-Mukhtasam fi Ulum
al-Qur’an. Selanjutnya, pada abad ke-5 H, Ali bin Ibrahim bin Said al-Khufi
menulis Al-Burhan fi Ulum al-Qur’an dan Abu Amr ad-Dani menulis kitab At-Tafsir
fi Qira’at as-Sab’i. Berikutnya, pada abad ke-6 H, Abu Qasim Abdurrahman
yang terkenal dengan as-Suhaili, menulis kitab Mubhamat al-Qur’an dan
pada abad ke-7 H, Ibnu Abdussalam menulis kitab tentang Majaz al-Qur’an.[20]
Cabang-cabang ilmu al-Qur’an terus bermunculan dari
waktu ke waktu berkat para ulama yang selalu istiqamah mendalami al-Qur’an
sampai ke deti-detil persoalan. Di antara cabang ulum al-Qur’an yang lahir pada
abad-abad berikutnya adalah ‘ilm badi’ al-Qur’an, ‘ilm hujaj
al-Qur’an, ‘ilm aqsam al-Qur’an, dan ‘ilmu amtsal al-Qur’an.[21]
Pembahasan-pembahasan tersebut diatas dikenal dengan
sebutan ‘ULUUMUL QUR’AN, dan kata ini telah menjadi istilah atau nama khusus
bagi ilmu-ilmu tersebut.
2.4 Urgensi Mempelajari Ulumul Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci yang berisi
wahyu/firman-firman Allah yang merupakan pedoman dasar bagi umat islam maka
wajib hukumnya di dalam mempelajarinya sebagaimana sabda nabi :
yang Artinya : mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim.
Ilmu sebagai dasar pondasi dalam islam dan menjadikan
iman seseorang bertambah kuat sebagaimana sabda nabi :
Artinya : ilmu adalah kehidupannya islam dan merupakan
tiangnya keimanan.
Dan diperkuat dengan firman Allah dalam surah Al-Anfal
ayat 02 :
إِنَّمَا
ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا
تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَـٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَـٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ ﴿٢﴾
Artinya : Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal.
Kita juga dilarang apabila mengerjakan suatu amal
ibadah yang kita tidak mengetahui dasar ilmunya,firman allah :
yang Artinya : dan janganlah kamu (Muhammad) mengerjakan
suatu amal yang tidak ada ilmu bagimu.
Dan diperkuat dengan sabda Nabi SAW :
yang Artinya : barang siapa beramal dengan tidak berdasar
atas perkara dariku (nabi) maka amal itu ditolak.
Para sahabat telah menghayati Al-Qur’an ini ayat demi
ayat. Mereka telah menerima dari Rasulullah SAW ayat-ayat Al-Qur’an dengan
sepenuh hati dan percaya bahwa Al-Qur’an adalah dasar agama, dan sumber
penggerak iman.
Dengan Al-Qur’an terus dipelajari maka berdampak
positif yaitu akan selamat dari perubahan dan kekacau balauan, sebagaimana
firman allah :
إِنَّا
نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَـٰفِظُونَ ﴿٩﴾
Artinya : Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya. (Al-Hijr: 09)
Dengan ulumul Qur’an seseorang akan mengetahui
perundang-undangan islam sehingga cara hidup mereka menjadi benar/berada pada
jalan yang lurus.
Tanpa mempelajari Al-Qur’an maka tidak mungkin seseorang
akan menjadi faham dan seseorang tidak akan mengetahui mukjizat yang terkandung
didalamnya.
Al-Qur’an juga berisi tentang susunan beberapa cerita
selain yang bersifat perintah dan larangan, diman cerita-cerita itu akan
menjadi peringatan bagi manusia.
Berhukum kepada sisitem atau undang-undang allah dalam
kitab-Nya bukanlah perbuatan sunah,sukarela, atau pilihan, tetapi itu adalah
keimanan. Bagaimana hal tersebut bukan keimanan padahal allah telah berfirman :
وَمَا
كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمْرًا أَن
يَكُونَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ
فَقَدْ ضَلَّ ضَلَـٰلًا مُّبِينًا ﴿٣٦﴾
Artinya : Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
nyata. (Al-Ahzab: 36)
Demikian kemukjizatan Al-Qur’an secara ilmiah terletak
pada dorongannya kepada umat islam untuk berfikir disamping membukakan bagi
merka pintu-pintu pengetahuan dan mengajak mereka memasukinya, maju di dalamnya
dan menerima segala ilmu pengetahuan baru yang mantap dan stabil.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sesuatu
masalah atau problema kehidupan yang sangat bermacam-macam,seperti halnya
masalah kesehatan,doktrin,ideologi,hukum,adat,akhlaq,pengetahuan,teknologi,dan
lain sebagainya. Sebuah problem dengan sifat misterius telah membuat manusia
penasaran akan pemecahan masalah yang dihadapinya,yang dimana Al-Qur’an
merupakan sumber pokok segala sesuatu yang mampu memecahkan misteri-misteri
kehidupan.itulah,alasan manusia ingin mempelajari Al-Qur’an agar seluruh
keinginan dalam benak manusia yang terganjal akan segera terpecahkan.
Sebagai
orang awam bukanlah hal yang mudah untuk mempelajari Al-Qur’an,maka
dibutuhkanlah alat pembantu untuk mengantarkan manusia kegerbang pemahaman
sesungguhnya yaitu Ulumul Qur’an. Untuk definisi sudah diterangkan diatas bahwa
Ulumul
Qur’an adalah kumpulan sejumlah pembahasan yang berhubungan dengan Sebagian
maupun keseluruhan bidang mengenai
Al-Qur’an, dengan ruang lingkup pembahasan dari ilmu nahwunya,sanad,segi
turunnya dan lain sebagainya.
Peran ulumul qur’an disini
sangat penting dalam mengkaji al-qur’an sehingga menjadi suatu kewajiban
seseorang yang ingin mempelajari,menafsiri,dan menterjemah al-qur’an di samping
itu jika tidak mengerti ulumul qur’an akan dikawatirkan timbul kesalahpahaman
dalam menafsiri atau mengkaji isi kandungan al-qur’an.
Meninjau dari segi
sejarahnya,ulumul qur’an memang bukan dari nabi saw melainkan dari sahabat
utsman bin affan. Saat itu bermula dari ide pengumpulan menjadi satu
mushaf,sekaligus digunakan untuk mengatasi perselisihan dan perbedaan paham
mengenai Al-Qur’an, jadi bukan menjadi alasan lagi untuk tidak mempelajari
ulumul qur’an hanya karena bukan dari ajaran nabi.tetapi perlu diketahui sebenarnya
ulumul qur’an termasuk tindakanlanjutan ajaran sekaligus perintah nabi,karena
Ulumul Qur’an diadakan semata-mata hanya untuk menjaga eksistensi kebenaran
maupun keorisinilan al-qur’an sesuai dengan hadits nabi yang sudah diterangkan
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
bin Muhammad Abu
Syahbah, Muhammad. (1992). al-Madkhal li Dirasah al-Qur’an al-Karim.Beirut: Dar
al-Jil.
2.
Hamzah,Muchotob.
(2003). Studi Al-Qur’an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 979-95526-1-3.
3.
Quran,Pusat Al.
(2013). Makalah Ulumul Qur’an.Internet: Blogger
4.
Al Qathan, Manna’.
(1973). Mabahits fi ‘ulum al-Qur’an,Beirut: Al-Syarikah al-Muttahidah li
al-tauzi’.
5.
Belajartafsirquran.
(2012). Definisi Ulumul Qur’an.Internet: Blogger
6.
Abdul ‘Azim,
Muhammad. (1988). Manahil al-‘irfan fi ulum al-Qur’ah.Beirut: Dar al-fikr
8.
Nasir, Muhammad.
(2013). Ulumul Qur’an Pengertian dan Sejarah Perkembangannya,Ruang
Lingkup,Faedah serta Urgensi Mempelajarinya.Internet: Blog Bayodaulay.
9.
Hasanah,Wa’idatul.
(2011). Makalah Ulumul Qur’an.Internet: Blog Tholabul Ilmi.
10.
Mardan. (2005).
Al-Qur’an Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an Secara Utuh.Cet.X Bandung: CV
Penerbit Diponegoro
[1]
Wa’idatul Hasanah, Makalah Ulumul Qur’an,(Internet: Blog Tholabul
Ilmi,2011)hlm.1
[2] Ibid
[3] Muhammad
bin Muhammad Abu Syahbah, al-Madkhal li Dirasah al-Qur’an al-Karim,(Beirut: Dar
al-Jil,1992/1412),hlm. 19-20
[4]
Wa’idatul, loc. cit
[5]Ibid
[6] Ibid
[7] Muchotob
Hamzah, Studi Al-Qur’an Komprehensif,( Yogyakarta: Gama Media,2003)
[8] Manna’
Al Qathan, Mabahits fi ‘ulum al-Qur’an,(Beirut: Al-Syarikah al-Muttahidah li
al-tauzi’,1973),hlm. 15
[9] Muhammad
Abdul ‘Azim, Manahil al-‘irfan fi ulum al-Qur’ah,(Beirut: Dar
al-fikr,1988),hlm.1 27
[10]
Muhammad Nasir, Ulumul Qur’an Pengertian dan Sejarah Perkembangannya,Ruang
Lingkup,Faedah serta Urgensi Mempelajarinya,(Internet: Blog
Bayodaulay,2013)hlm.1
[11] Pusat
Al Quran,Makalah Ulumul Qur’an,(Internet: Blogger,2013)hlm.1
[12] Wa’idatul,
loc. cit
[13]Mardan,
Al-Qur’an Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an Secara Utuh, ( Cet.X Bandung, CV
Penerbit Diponegoro, 2005)hlm.19
[14] Ramli
Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, (
Jakarta: PT RajaGrafindo, 2002), Cet. Ke IV, hlm.8
[15] Pusat
Al Quran,loc. cit
[16]
Belajartafsirquran,Definisi Ulumul Qur’an,(Internet: Blogger,2012)hlm.1
[17] Ibid
[18] Ibid
[19] Ibid
[20] Ibid
[21] Ibid
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon